Dosa dalam Pengertian Alkitab
Dosa itu
apa? Istilah "dosa" muncul sangat banyak di dalam Alkitab, baik di
dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.
- Perjanjian Lama
- Hatta
Kalau kita melihat istilah yang dipakai dalam bahasa Ibrani adalah "hatta". Istilah ini berarti jatuh dan mengurangi standard dari Tuhan yang suci (falling short of the standard of God). Jadi Allah telah menetapkan suatu standard. Pada waktu kita lepas, kita turun dari standard yang ditetapkan oleh Allah, itu disebut "hatta" (dosa), sehingga sebaiknya kita mengerti istilah dosa, bukan dengan cara dunia dalam pengertian hukum. Waktu berbicara tentang hukum berarti secara tidak sadar mereka sudah menyetujui bahwa fakta dosa sudah ada di dalam dunia. Perkembangan yang terakhir, baik di Sorbone University di Paris, sebagai sekolah yang terbesar dan terkenal di dunia Latin, maupun di beberapa sekolah yang tertinggi di Amerika seperti Harvard dan Yale University, menunjukkan bahwa mereka berusaha untuk mencairkan atau berusaha untuk mengurangi konsep-konsep tentang keseriusan dosa. Meskipun demikian mereka tidak mungkin menolak bahwa fakta dosa itu memang ada di dalam dunia. Berdasarkan pengertian akan fakta dosa secara serius, maka agama mempunyai tempat dan akar yang cukup kuat dan tidak mungkin dapat dicabut oleh kebudayaan manapun.
Dosa merupakan suatu fakta dan dalam pengertian hukum
dunia adalah pelanggaran terhadap sesuatu yang sudah secara perjanjian bersama
(konsensus) ditetapkan oleh ahli-ahli hukum agar menjadi patokan untuk mengatur
hidup sosial dan etika dalam masyarakat. Jikalau ahli-ahli hukum sudah
menyetujui secara konsensus lalu mencantumkan di dalam hukum suatu negara, maka
apa yang dicantumkan itu menjadi standard negara itu. Barangsiapa berbuat
sesuatu yang melanggar konsensus yang dicatat dalam hukum itu, disebut dosa. Di
sini saya melihat kelemahan dari semua negara, semua hukum dari dunia ini ialah
mereka hanya sanggup melihat dosa dari aspek yang paling rendah yaitu kelakuan
yang salah.
Sekali lagi, meskipun dalam hukum ditentukan perbedaan
hukuman atas kesalahan berencana atau yang tidak berencana, tetapi tidak ada
suatu hukum yang bisa langsung menghukum orang yang mempunyai niat atau rencana
di dalam hati namun belum melakukan sesuatu di luar. Maksudnya, jikalau
seseorang mempunyai hati yang ingin mencuri, tidak ada hukum di dunia yang
boleh langsung memenjarakan dia, kecuali dia sudah melaksanakannya. Dengan
demikian di seluruh dunia, pengertian hukum dan keadilan hanyalah dapat
mengerti dosa di dalam hal yang superficial (yang tampak di permukaan). Dunia
hanya mengerti dan menetapkan dosa berdasarkan sesuatu perbuatan yang dianggap
melanggar suatu konsensus tentang hukum.
Tetapi Alkitab tidak demikian. Alkitab berkata dengan
jelas, "yang membenci seseorang, sudah membunuh" (Matius 5:21-22). Di
sini etika Kristen adalah etika yang melampaui perbuatan yang nyata di dunia.
Etika Kristen merupakan etika yang langsung ditujukan kepada motivasi seseorang
secara terbuka di hadapan Tuhan. Allah sedemikian marah seperti api yang
menyala-nyala. Allah yang menembus hati sanubari manusia dan tidak melihat
perbuatan di luar, tetapi Dia melihat motivasi Saudara di dalam.
Dosa dan keadilan Allah, kebenaran Allah menuntut
kepada keseluruhan hidup kita, mulai dari motivasi di dalam, segala rencana di
dalam, pikiran di dalam, mentalitas di dalam, sikap yang setengah di dalam
setengah di luar, sampai perbuatan yang seluruhnya di luar. Semua ini dituntut
oleh Tuhan. Menjadi seorang manusia berarti menjadi orang yang dicipta menurut
peta dan teladan Allah dan dicipta supaya dia berdiri dan bertanggung jawab
secara pribadi kepada Tuhan Allah. (To be a man as created under the image and
the likeness of God is to exist with oneself alone before God). Tidak ada yang
lain yang bisa menghalangi. Saya di hadapan Allah harus mempertanggungjawabkan
segala motivasi saya, semua bibit pikiran saya, semua sikap mentalitas saya,
semua sikap dan sifat pribadi saya, semua perkataan saya. Ketotalan ini,
totalitas dan tanggung jawab ini, menjadikan kekristenan seperti apa yang
dikatakan Kierkegaard bahwa menjadi orang Kristen terlalu sulit, karena Allah
bukan menuntut hal-hal yang tampak di luar. Hukum-hukum di dunia terlalu
rendah. Mereka hanya bisa menunjukkan Saudara berdosa setelah mereka menemukan
dan membuktikan bahwa Saudara sudah berbuat, mengaku, atau sudah
mengekspresikan apa yang Saudara inginkan di dalam perbuatan yang merugikan
orang lain. Tetapi kekristenan dan iman Kristen bukan demikian. Ia telah
menuntut keseluruhan Saudara sampai ke dalam hati sanubarimu yang
sedalam-dalamnya, sampai ke dalam motivasi Saudara di hadapan Tuhan dimana
orang tidak melihat Tuhannya. Menjadi orang Kristen memang tidak mudah.
Di dalam dunia abad 20 terlalu banyak gereja yang
ingin mendapatkan anggota sebanyak mungkin, maka mereka menurunkan derajat mutu
kekristenan menjadi kekristenan yang mudah diterima, mudah dilaksanakan, namun
itu bukanlah kekristenan yang sejati. Turun lebih rendah daripada standard yang
telah ditetapkan oleh Tuhan, itulah dosa.
Alkitab memakai istilah ini 580 kali di dalam PL.
Istilah "hatta" merupakan suatu istilah yang begitu menyedihkan
Tuhan. Orang Kristen menunjukkan suatu hal yang tidak ada pada agama lain,
yaitu Allah telah menetapkan suatu standard bagi Saudara, sehingga Saudara
tidak bisa hidup sembarangan. Di dalam agama- agama yang lain, mereka mempunyai
standard mereka sendiri. Mereka mempunyai tujuan mereka sendiri dan tujuan yang
mereka harapkan itu berdasarkan diri mereka yang sudah jatuh ke dalam dosa,
yang tidak mereka sadari. Mereka ingin mencapai suatu hidup yang tinggi yang
suci. Namun bagaimanapun tingginya tujuan itu hanyalah merupakan hasil dari
otak yang sudah jatuh di dalam dosa. Sedangkan waktu Allah mengatakan
"hatta", berarti Saudara sudah lebih rendah daripada standard yang
sudah ditetapkan oleh Allah sendiri. Itu artinya dosa.
Dosa jangan hanya dimengerti sebagai mencuri,
berzinah, berjudi, main pelacur, atau mabuk-mabuk, itu memang tidak benar. Itu
dosa, Tetapi hal itu merupakan hal yang superfisial, yang ditujukan di luar.
Tuntutan Alkitab jauh lebih dalam dan lebih lengkap, secara totalitas daripada
itu. Suatu standard telah ditetapkan Allah bagi manusia sebagai syarat atau
kriteria tingkah laku dan moralitas manusia. Itu yang disebut kebenaran dan
keadilan Allah.
- Avon
Istilah kedua di dalam bahasa Ibrani adalah "avon". Ini berarti sesuatu "guilty" (kesalahan) atau suatu hal yang mengakibatkan kita merasa patut dihukum. Istilah ini sulit diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Suatu perasaan di dalam diri kita yang menganggap diri cacat atau perasaan di dalam jiwa yang merasa diri kurang benar, sehingga kita selalu merasa mau menegur diri. Hal ini bersangkutpaut dengan fungsi hati nurani yang diberikan hanya kepada manusia saja. Tidak ada binatang yang mempunyai 'guilty feeling', tidak ada binatang yang bisa menegur diri karena merasakan sesuatu hal yang tidak benar yang sudah diperbuatnya. Tetapi manusia tidak demikian. Setelah Saudara berbuat kurang sopan terhadap seseorang, Saudara akan pikir lagi, "Wah, mengapa tadi saya berbuat begitu ya? Seharusnya saya tidak begini, tapi mengapa begini dan toh sudah begini lalu bagaimana atau terus begini?" Saudara mempunyai perasaan berhutang atau perasaan bahwa Saudara patut dihukum. Perasaan sedemikian berdasarkan suatu pikiran dari apa yang sudah Saudara kerjakan, lalu hal itu dikaitkan dengan diri Saudara sebagai status dalam keadaan patut dihukum, itu disebut "guilty", "avon".
- Pesha
Alkitab memakai istilah ketiga dalam bahasa Ibrani, yaitu "pesha". "Pesha" berarti semacam pelanggaran. Pelanggaran berarti ada suatu batas yang sudah ditetapkan, tetapi Saudara melewatinya atau sudah ada suatu standard namun bukan saja tidak bisa mencapai tetapi juga Saudara mau melawan atau melanggar. Maka pengertian ini bersangkut paut dengan suatu pengetahuan yang jelas, ditambah dengan kemauan yang tidak mau taat. Saya tahu apa itu baik, tapi saya sengaja melawan. Saya tahu batas sudah di situ, tetapi saya sengaja mau melewatinya. Tahu batas dan tahu tidak baik, tapi sengaja melewati, itu disebut "pesha".
Jadi disini kita melihat dosa dinyatakan oleh Alkitab,
wahyu Tuhan, begitu jelas di dalam ketiga aspek yang besar. Pertama, tidak
mencapai atau menyeleweng dari standard yang ditetapkan Allah. Kedua, merupakan
suatu hal yang salah atau sesuatu yang tidak seharusnya Saudara kerjakan, tapi
Saudara kerjakan. Waktu Saudara sadar, Saudara tahu sudah berlaku tidak benar.
Ketiga, adalah suatu pelanggaran yang sengaja dari seseorang. Kalau kita
meneliti semua yang menjadi pengalaman kita masing-masing, maka Saudara mau
tidak mau harus mengakui Firman Tuhan yang diwahyukan Tuhan dalam kitab suci
ini betul-betul benar.
- Perjanjian Baru
Dalam Alkitab PB ada 2 istilah dalam bahasa Yunani yang
penting sekali.
- Adikia
Adikia berarti perbuatan yang tidak benar. Hal ini merupakan perbuatan lahiriah atau dari luar, yang dinilai merupakan sesuatu perbuatan yang tidak benar sama seperti yang dikatakan oleh hukum- hukum dunia tentang orang bersalah. Di pengadilan ketika semua pemeriksaan sudah selesai, maka hakim akan memvonis, bahwa Saudara bersalah. Itulah "adikia", berarti Saudara sudah berbuat salah.
Tetapi Perjanjian Baru sama dengan Perjanjian Lama,
sama-sama wahyu yang diberikan oleh Allah yang suci, satu sumber, satu Roh
Kudus, satu Allah yang memberikan wahyu baik kepada Perjanjian Lama dengan
media bahasa Ibrani maupun kepada orang-orang di Perjanjian Baru dengan media
bahasa Yunani. Sumbernya satu, Allah yang satu, standard yang satu.
- Hamartia
Istilah kedua dalam Perjanjian Baru adalah "hamartia" yang artinya adalah kehilangan, meleset dari target atau sasaran yang ditetapkan. Jika saya melepaskan satu anak panah menuju pada satu sasaran yang sudah jelas, yaitu lingkaran tertentu yang harus dicapai, tetapi anak panah itu jatuh satu meter sebelum sasaran itu, maka itu disebut "hamartia". Sekali lagi saya berusaha untuk melepaskan panah, tetapi kini bukan tidak sampai, tapi terus lewat jauh dari target yang ditetapkan, itupun disebut "hamartia". Atau ketiga kalinya saya melepaskan panah, panah itu terbang menuju sasaran, namun menancap 2 cm dari sasaran, berhenti di pinggir target itu, itu tetap artinya "hamartia".
Jadi disini tidak peduli kurang berapa meter, lebih
berapa cm atau meleset hanya beberapa mm, itu semua dianggap sama. Hanya mereka
yang betul-betul kena dengan sasaran asli, itu yang dianggap benar. Yang lain
semua dianggap "hamartia".
Dari kelima
istilah, tiga dalam bahasa Ibrani, di PL dan dua dalam bahasa Yunani, kita
melihat suatu gambaran yang jelas, manusia dicipta bukan untuk kebebasan yang
tanpa arah, tetapi manusia dicipta dengan standard yang sudah ditetapkan!
Tugas seumur
hidup yang paling penting bagi Saudara ialah menemukan target yang Tuhan
tetapkan bagi Saudara demi kemuliaan Allah. Kalau kita sudah tepat pada target
yang Tuhan tetapkan bagi kita, barulah kita menjadi satu manusia yang tidak ada
pelanggaran atau tidak ada keadaan jatuh dari standard asli, baru kita disebut
orang benar, orang yang sesuai dengan kehendak Allah. Saya harap melalui
pembinaan seperti ini, kita mengoreksi konsep-konsep yang tidak benar.
Jika Saudara
mengikuti kebaktian puluhan ribu kali atau ratusan kali di gereja setiap
minggu, tetapi teologi Saudara tidak dibereskan, kalau iman Saudara tidak dibereskan
oleh firman Alkitab sendiri, Saudara menjadi orang Kristen yang terus
terjerumus di dalam konsep- konsep yang salah, maka segiat apapun tidak ada
gunanya karena Saudara belum pernah menemukan target itu apa, belum pernah
menemukan definisi yang benar itu apa. Pengertian-pengertian yang mengoreksi
membuat kita mendapatkan suatu integrasi yang betul-betul lengkap dan mengerti
Firman Tuhan dengan baik lalu membuat pelayanan kita menjadi baik.
Dari
"hatta", "avon", "pesha", "adikia",
"hamartia" ini, arti istilah dosa dalam seluruh Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru begitu jelas bahwa kalau standard yang ditetapkan oleh Tuhan
kita lepas atau kita kurangi atau belum kita capai disebut oleh Tuhan sebagai
dosa.
Seumur hidup
saya harus bertanya, "Tuhan sudahkah saya mencapai standard yang telah
Tuhan tetapkan bagi saya?" Kalau belum, saya masih banyak kekurangan yang
dianggap dosa oleh Tuhan. Demikian juga dengan Saudara. Namun pada zaman ini,
orang bukan saja tidak mau mencapai standard yang lebih tinggi, malahan minta
diturunkan supaya cocok dengan pasaran sekarang.
Kekristenan
yang sedemikian tidak berpengharapan. Kekristenan akan dirusak, akan
digerogoti. Pada saat saya berkata demikian, orang mengkritik, "Pendeta
ini suka mengkritik, merasa hanya dia yang benar, yang lain tidak benar."
Jika Saudara belum pernah tahu betul- betul apa itu "benar", Saudara
tidak akan pernah sadar bahwa Saudara pasti tidak akan menemukan yang tidak
sempurna itu sebagai yang tidak sempurna. Mungkin setelah saya meninggal baru
orang mengerti apa yang sudah saya kerjakan semasa saya hidup, tapi sudah
terlambat.
Satu zaman
ini akan digerogoti oleh pengertian-pengertian tidak sempurna, tidak tepat,
sehingga kekristenan akan dirusakkan oleh mereka yang disebut pemimpin-pemimpin
gereja.
Kapan iman
Kristen akan diluruskan kembali? Kapankah kita bertobat dan setia kepada firman
Tuhan, dimana seluruh dunia akan lenyap tetapi firman Tuhan tetap untuk
selama-lamanya? Hari ini kita boleh melihat orang tidak senang terhadap
pembahasan semacam ini, tetapi saya berkata, "Suatu hari gereja yang tidak
selalu setia kepada firman Tuhan harus diadili terlebih dahulu. Dan pada saat
itu sudah terlambat" Allah tidak mengadili berdasarkan seberapa banyak
pendengar Saudara atau seberapa pandainya Saudara. Tidak! Allah akan bertanya,
"Apa yang Saudara ajarkan?"
Saudara yang
menjadi guru Sekolah Minggu, jangan kira Saudara masuk kelas untuk menipu
anak-anak agar mereka diam dan tidak bermain di kelas, itu bukan guru Sekolah
Minggu; jangan kira Saudara menjadi majelis dapat bergaya dengan memakai dasi
di hari Minggu seperti malaikat bersayap dua. Jangan kira Saudara sudah lulus
dari sekolah teologi, Saudara dapat berkotbah, lalu Saudara merasa begitu
penting, begitu hebat berdiri di atas mimbar. Setiap kalimat yang tidak beres,
harus Saudara pertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Setiap ajaran yang Saudara
tidak pertanggungjawabkan sungguh-sungguh akan merusak orang lain dan pada
akhirnya gereja akan dirugikan, iman Kristen akan diubah oleh pengertian yang tidak
benar. Saudara harus berdiri untuk dihukum oleh Tuhan. Dengan sikap seperti
inilah akhirnya saya dengan gentar melayani Tuhan dan terus-menerus mendidik
dan berkata kepada murid-murid saya, "Hati-hati, berkotbahlah sesuai
dengan firman Tuhan saja, bukan semau sendiri. Jangan mengganti firman Tuhan
dengan ilmu pendidikan! Jangan mengganti firman Tuhan dengan ilmu jiwa! Jangan
mengganti firman Tuhan dengan cara-cara dunia yang anthroposentris! firman
Tuhan adalah firman Tuhan!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar